Postingan

Cerpen : LELAKI BERMATA TEDUH | Munkhayati

Gambar
Seperti biasanya pagi ini setelah mandi aku terus sarapan pagi.   Setelah beres semuanya kuperiksa isi tas termasuk buku-buku pelajaran, tugas guru, bekal makan minum,   kemudian   pamitan ke ibu dan berangkat sekolah.   Sudah tiga bulan ini entah mengapa aku selalu berdebar-debar menantikan jam berangkat sekolah   pagi termasuk sekarang, padahal jam keempat nanti ada mata pelajaran yang paling tidak kusukai, Kimia.   Pelajaran yang aku anggap aneh dan menyebalkan, karena yang dipelajari bahan-bahan kimia berbau kadang membuat perut mual, bisa juga menimbulkan bahaya ada yang iritasi, keracunan, gampang meledak.   Belum lagi menyelesaikan urusan reaksi kimia ngitung-ngitung banyaknya zat ataupun persamaan reaksinya, huh….sebel!   Ditambah gurunya bawel. lebih-lebih kalau sedang praktikum di laboratorium.   Sebentar-sebentar menyampaikan instruksi kayak info kereta mau lewat, ada saja yang disampaikan, cara kerja harus sesuai panduan kek, pengukuran yang teliti kek, larangan tidak bol

Puisi : JANJIKU DI EMPATPULUH SATU | Munkhayati

Gambar
  “JANJIKU DI EMPAT PULUH SATU” (Munkhayati)   Merdunya deburan sang bena nun disana Selalu menepi untuk berjumpa dan menanya Pun  pasir senantiasa ramah bercerita Hingga atma melarut bersama alam dalam dama   Hadirmu di tengah ribuan senyuman Masyarakat yang hangat penuh kekeluargaan Hidup rukun dalam kedamaian Bergotongroyong tuk capai kebahagiaan   Dalam rengkuh usiamu yang makin dewasa Setiap ajang  prestasimu kan bicara Tak lupakan jati diri landasan religi yang utama Terus serentak wujudkan ahlak nan mulia   Tiap tenggat waktu bersabar ditempa ilmu teori Bukan berarti acuh tidak peduli kanan kiri Dengan ilmu kusentuh .… mlinjo, sate, undur-undur, cangkang, gulajawa, semangka, wayang, karawitan, kuda kepang dan aneka potensi   Bernilai jual tinggi pasar pun mendominasi   Meski saat ini menjadi generasi milenial Tetap menjunjung tinggi sejarah dan kearifan lokal TikTok facebook Instagram medianya agar viral Siap usung sumberda

Cerpen : MENDUNG MASIH BERGELAYUT | Munkhayati

Gambar
  “MENDUNG MASIH BERGELAYUT” Oleh : Munkhayati           Biasanya kalau hari pasaran Senin dan Kamis, Manisih berangkat ke pasar lebih pagi dibandingkan hari-hari yang lain.   Malam sebelum tidur menyempatkan diri menata semua dagangan sembakonya di colt bak milik suaminya yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga persis seperti warung.   Akhir-akhir ini memang banyak kendaraan yang dimodifikasi sesuai kebutuhan pemiliknya, misalnya warung.   Apalagi Tarno, suami Manisih sudah puluhan tahun kerja dengan membuka jasa bengkel motor dan mobil.   Jadi kalau urusan memodifikasi kendaraan mudah sekali.   Mereka berdua menikah di saat masih usia sekolah, saat itu Manisih kelas 2 SMK dan Tarno lulus SMK satu tahun sebelumnya.   Hampir setiap hari Manisih menyambangi rumah Tarno bahkan kadang hingga sore hari, karena rumah mereka cukup berdekatan yaitu tetangga desa.   Atas kesepakatan pihak orangtua Manisih dan Tarno, akhirnya mereka dinikahkan, dan Manisih meninggalkan bangku sekolah

Cerpen : SAAT JAM ISTIRAHAT | Munkhayati

  SAAT JAM ISTIRAHAT Oleh: Munkhayati   Tengah hari seperti ini memang cukup terik, matahari yang tepat di ubun-ubun serasa menyengat memancarkan energinya untuk semua mahluk di muka bumi agar makin semangat melakukan aktfitasnya.   Waktu jam istirahat kedua di sekolah memang agak lama jedanya kurang lebih satu jam karena ada kegiatan sholat jamaah secara bergantian.   Sesekali terdengar riuh anak-anak berbondong menuju dan dari mushola untuk sholat, setelah tiba giliran waktu   untuk mereka yang diumumkan lewat pengeras suara oleh petugas.   Ada juga kelompok lain yang bercanda sambil minum dan makan bekal dari rumah atau yang tidak sempat cukup membelinya di kantin sekolah,   Cuaca panas tak terasa karena terlibas oleh suka citanya menikmati jam istirahat kedua setelah beberapa jam sebelumnya mengikuti tempaan ilmu oleh guru.   Aku sengaja mengikuti jamaah Sholat Dhuhur nanti, tadi pagi sudah ada janji dengan seorang siswa kelas IX untuk konseling di jam istirahat ini.   Sepu

Puisi : KARTINI | Munkhayati

  KARTINI Karya Munkhayati   K epingan asa yang menyisa A kan dibawa kemana jua R untuhan ketegaran yang pernah ada T eronggok sepi menanti   I ngin diceritakannya pada gumpalan awan N yanyian derita yang menggurat rindu        I ndahnya edukasi tanpa dibatasi K arna tak ada lagi kekangan   A mbisi untuk mengabdi R aih ilmu dan kemampuan diri T elah digenggam I nilah kebebasan yang selama ini N yaris menghilang   I khlas seorang pejuang sejati L alui duri perjalanan seorang diri I damkan kaum Hawa yang sejuk dalam hawa T anpa beda meski ada pembatas E rat bersahabat tapi berpegang taat R engkuh tiada kata angkuh   A khirnya bertemu jua sinar terang S etelah terbelenggu suramnya kegelapan I jinkan melafal terimakasih padamu Kartini   Ambal,    April   2022  

Puisi : KARTINI DAN PEREMPUAN NEGERI | Munkhayati

KARTINI DAN PEREMPUAN NEGERI Karya Munkhayati   Dalam gelap terkungkung kebodohan Terpenjara dari terangnya pengetahuan Terbalut sabar menjalani kodratnya Meski mengambang cita-cita dirinya   Akankah takdir terus bergulir Tanpa hiraukan cita yang terus tersingkir Balada si perempuan dengan semangat membara Berjuang mencari sela untuk bisa setara   Pelan terbuka cakrawala perempuan nusantara Tak hanya pasrah dalam belenggu keterbelakangan Mimpi menggali eksistensi bebas merdeka Dulu hanya angan kini   menjadi kenyataan   Langkah juangmu menjadi suri teladan negeri Mencari, menebar ilmu hakiki dan budi pekerti Semangatmu adalah bara api motivasi Kartini-kartini masa kini berkarya dalam emansipasi                         Ambal,      April   2022