Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Puisi : JANJIKU DI EMPATPULUH SATU | Munkhayati

Gambar
  “JANJIKU DI EMPAT PULUH SATU” (Munkhayati)   Merdunya deburan sang bena nun disana Selalu menepi untuk berjumpa dan menanya Pun  pasir senantiasa ramah bercerita Hingga atma melarut bersama alam dalam dama   Hadirmu di tengah ribuan senyuman Masyarakat yang hangat penuh kekeluargaan Hidup rukun dalam kedamaian Bergotongroyong tuk capai kebahagiaan   Dalam rengkuh usiamu yang makin dewasa Setiap ajang  prestasimu kan bicara Tak lupakan jati diri landasan religi yang utama Terus serentak wujudkan ahlak nan mulia   Tiap tenggat waktu bersabar ditempa ilmu teori Bukan berarti acuh tidak peduli kanan kiri Dengan ilmu kusentuh .… mlinjo, sate, undur-undur, cangkang, gulajawa, semangka, wayang, karawitan, kuda kepang dan aneka potensi   Bernilai jual tinggi pasar pun mendominasi   Meski saat ini menjadi generasi milenial Tetap menjunjung tinggi sejarah dan kearifan lokal TikTok facebook Instagram medianya agar viral Siap usung sumberda

Cerpen : MENDUNG MASIH BERGELAYUT | Munkhayati

Gambar
  “MENDUNG MASIH BERGELAYUT” Oleh : Munkhayati           Biasanya kalau hari pasaran Senin dan Kamis, Manisih berangkat ke pasar lebih pagi dibandingkan hari-hari yang lain.   Malam sebelum tidur menyempatkan diri menata semua dagangan sembakonya di colt bak milik suaminya yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga persis seperti warung.   Akhir-akhir ini memang banyak kendaraan yang dimodifikasi sesuai kebutuhan pemiliknya, misalnya warung.   Apalagi Tarno, suami Manisih sudah puluhan tahun kerja dengan membuka jasa bengkel motor dan mobil.   Jadi kalau urusan memodifikasi kendaraan mudah sekali.   Mereka berdua menikah di saat masih usia sekolah, saat itu Manisih kelas 2 SMK dan Tarno lulus SMK satu tahun sebelumnya.   Hampir setiap hari Manisih menyambangi rumah Tarno bahkan kadang hingga sore hari, karena rumah mereka cukup berdekatan yaitu tetangga desa.   Atas kesepakatan pihak orangtua Manisih dan Tarno, akhirnya mereka dinikahkan, dan Manisih meninggalkan bangku sekolah

Cerpen : SAAT JAM ISTIRAHAT | Munkhayati

  SAAT JAM ISTIRAHAT Oleh: Munkhayati   Tengah hari seperti ini memang cukup terik, matahari yang tepat di ubun-ubun serasa menyengat memancarkan energinya untuk semua mahluk di muka bumi agar makin semangat melakukan aktfitasnya.   Waktu jam istirahat kedua di sekolah memang agak lama jedanya kurang lebih satu jam karena ada kegiatan sholat jamaah secara bergantian.   Sesekali terdengar riuh anak-anak berbondong menuju dan dari mushola untuk sholat, setelah tiba giliran waktu   untuk mereka yang diumumkan lewat pengeras suara oleh petugas.   Ada juga kelompok lain yang bercanda sambil minum dan makan bekal dari rumah atau yang tidak sempat cukup membelinya di kantin sekolah,   Cuaca panas tak terasa karena terlibas oleh suka citanya menikmati jam istirahat kedua setelah beberapa jam sebelumnya mengikuti tempaan ilmu oleh guru.   Aku sengaja mengikuti jamaah Sholat Dhuhur nanti, tadi pagi sudah ada janji dengan seorang siswa kelas IX untuk konseling di jam istirahat ini.   Sepu

Puisi : KARTINI | Munkhayati

  KARTINI Karya Munkhayati   K epingan asa yang menyisa A kan dibawa kemana jua R untuhan ketegaran yang pernah ada T eronggok sepi menanti   I ngin diceritakannya pada gumpalan awan N yanyian derita yang menggurat rindu        I ndahnya edukasi tanpa dibatasi K arna tak ada lagi kekangan   A mbisi untuk mengabdi R aih ilmu dan kemampuan diri T elah digenggam I nilah kebebasan yang selama ini N yaris menghilang   I khlas seorang pejuang sejati L alui duri perjalanan seorang diri I damkan kaum Hawa yang sejuk dalam hawa T anpa beda meski ada pembatas E rat bersahabat tapi berpegang taat R engkuh tiada kata angkuh   A khirnya bertemu jua sinar terang S etelah terbelenggu suramnya kegelapan I jinkan melafal terimakasih padamu Kartini   Ambal,    April   2022  

Puisi : KARTINI DAN PEREMPUAN NEGERI | Munkhayati

KARTINI DAN PEREMPUAN NEGERI Karya Munkhayati   Dalam gelap terkungkung kebodohan Terpenjara dari terangnya pengetahuan Terbalut sabar menjalani kodratnya Meski mengambang cita-cita dirinya   Akankah takdir terus bergulir Tanpa hiraukan cita yang terus tersingkir Balada si perempuan dengan semangat membara Berjuang mencari sela untuk bisa setara   Pelan terbuka cakrawala perempuan nusantara Tak hanya pasrah dalam belenggu keterbelakangan Mimpi menggali eksistensi bebas merdeka Dulu hanya angan kini   menjadi kenyataan   Langkah juangmu menjadi suri teladan negeri Mencari, menebar ilmu hakiki dan budi pekerti Semangatmu adalah bara api motivasi Kartini-kartini masa kini berkarya dalam emansipasi                         Ambal,      April   2022

Puisi : AKU SI KERTAS PUTIH | Munkhayati

AKU SI KERTAS PUTIH Oleh Munkhayati   Pagiku yang indah Hadirku di gerbang sekolah Disambut dengan ramah Guruku yang selalu berwajah cerah   Aku menuntut ilmu dengan banyak tantangan Ulurkan tanganmu lindungi aku dari kekerasan Agar bisa belajar santun dalam kepedulian Bukan kekerasan yang memicu kejahatan   Teladani aku tentang toleransi empati Bukan intimidasi, caci, bully yang menambah rendah diri Aku butuh didengarkan dan diberikan penghargaan Agar  bisa menghargai setiap perilaku teman   Tempat belajarku  bersih, sehat dan nyaman Udara segar mengaliri nafas tanpa polutan Meski era digital tetap berakhlak dan aman Karna sekolah selalu lakukan pengawasan   Aku si kertas putih bersih yang menggoda Bimbinglah dengan kasihmu supaya tak ternoda Oleh rokok, miras ataupun narkoba Karena masa depan menjadi pilihan utama                                                   Ambal,  01 September 2022                                    

Puisi: TATAPMU | Munkhayati

  TATAPMU Oleh Munkhayati   U ntukmu aku di sini L angkah pelan kemana mencari T erus langkah dan melangkah A tau henti sejenak       H ela nafas kembali mencari   T atapmu wahai sang api I kuti lorong waktu penuh arti G arismu garisku berbalas A khirnya bertemu meski terbatas   P ucuk-pucuk rerumputan semi kembali U kir nama menari si tinta emas L ambai dedaunan pun ikut bernyanyi U ntuk tinta emas yang tak lekang oleh panas   H embusan angin pantai menyisir tiap sudut S eolah menghentak, halau pandemi tak berlanjut E ratkan tautan jemari seluruh pelosok M enggenggam api tuk suluh hari esok   B urung pun berdendang lagukan harapan I ndahnya cakrawala penuh tantangan L antas bersambut senyum mawar bermekaran A jak kuntum puspa lain jemput kedatangan N yala tegar karang di segala zaman                                     Kebumen,     April   2022